Sejarah
dan pengertian cloud computing
Seiring
dengan perkembangan jaman, teknologi saat ini mengalami perkembangan kearah
pencapaian kemudahan dan kenyamanan luar biasa, sehingga kegiatan sehari-hari
yang dianggap tidak mungkin dapat dikerjakan dalam waktu singkat. Pengembangan
teknologi computasi berbasis internet saat ini lebih diarahkan pada proses
aplikasi sistem yang mudah dan tidak memerlukan banyak waktu atau tenaga.
Permasalahan
diperoleh dalam pengolahan sistem
jaringan. Apabila ada suatu perubahan program aplikasi internet pada server dalam jaringan lokal,
datanya harus di-instal ulang atau disesuaikan kembali. termasuk pada pemakaian
komputer biasa diperlukan sistem operasi dan program aplikasi. Sistem operasi
sangat menentukan program aplikasi. Kalau pemakai memilih sistem operasi MS
Windows misalnya, maka aplikasinya pun harus berbasis Windows. Demikian juga
kalau sistemnya berbasis DOS, Linux, Mac, dan sebagainya.
Sekarang
konsep teknologi informasi Cloud
Computing sedang hangat dibicarakan. Istilah Cloud Computing mulai banyak
didengar dan perkembangannya sangat luar biasa. Disebut-sebut teknologi Cloud Computing dapat
menghilangkan permasalahan yang dijelaskan diatas. Perusahaan-perusahaan besar
di bidang IT pun sekarang mencurahkan perhatiannya ke sana. Apa sebenarnya Cloud Computing itu ?
Komputasi awan merupakan istilah bagi dunia TI yang sistemnya hanya disewa.
Maksudnya, dalam menerapkan teknologi ini, pelanggan diharuskan untuk menyewa
beberapa komponen kerja di TI, seperti server
penyimpanan data hingga data
center. Melihat dari tren ini, kita dapat memprediksi masa depan,
standard teknologi akan menjadi lebih sederhana karena ketersediaan dari banyak
cloud service.
Seluruh nama besar seperti IBM, Microsoft, Google, dan Apple, saat ini sedang
terlibat dalam peperangan untuk menjadi penguasa terbesar terhadap teknologi
awan ini.
Dalam
kehidupan sehari-hari, kebutuhan akan data merupakan hal yang tak bisa
terhindarkan lagi. Semua dari hasil kerja kita pasti berupa data baik yang
berupa nyata ataupun data digital. Data digital merupakan suatu kumpulan kode
yang merepresenasikan hasil kerja kita agar bisa dibaca oleh komputer atau alat
olah data kita. Untuk data digital, pastilah memeliki suatu ukuran besar (size)
yang menjadi batasannya. Dengan size tersebut maka data digital dapat diartikan
sebagai sesuatu yang spesifik dan dapat didefinisikan bentuknya.
Data
digital, memiliki kelebihan jika dibanding dengan data nyata yaitu dapat
dipakai terus menerus tanpa mengalami perusakan atau dapat disebut memiliki
kualitas yang sama. Data digital dapat digunakan terus menerus karena dapat
disimpan untuk bisa digunakan terus menerus jika disimpan di dalam alat
penyimpanan (storage). Dengan semua kemudahan dari data digital tersebut, data
digital juga memiliki suatu kekurangan yaitu dengan adanya ukuran size, maka storage(alat simpan) dari
data tersebut harus memiliki ukuran (Space Storage) yang sejumlah dengan data
yang akan disimpan. Untuk beberapa data memang masalah ini belum begitu
terlihat, tapi jika data digital yang akan disimpan terus menumpuk akibat dari
pentingya danbanyaknya tugas. Maka solusi yang biasanya diambil adalah
penghapusan data yang lama atau dengan penambahan storage baru. Memang untuk
penambahan storage baru bisa menyelamatkan data yang sudah tidak muat, tetapi
dengan begitu akan menambah jumlah limbah dan biaya yang besar.
Sebetulnya
jawaban dari masalah ini sudah mulai tercetus oleh John McCarthy pada tahun
1960-an akan tetapi pada waktu itu masih dirasakan suatu kesuliatan untuk
mewujudkan pemecahan masalah ini. Dengan perkembangan dunia maya yang cepat
seiring dengan diluncurkannya Web 2.0 maka jawaban dari masalah storage yang
selama belum bisa diatasi dapat
dipecahkan yaitu dengan Cloud Computer (Cloud Storage). Cloud Storage merupakan
layanan penyimpanan data secara Online di Storage Server, atau dengan kata lain
data kita akan disimpan pada database(storage) milik server online. Dengan
cloud storage penggunanya tidak perlu lagi untuk membawa data digital dalam
alat penyimpanan yang banyak melainkan sewaktu-waktu dapat diunduh dan diambil
lagi untuk digunakan melalaui jaringan internet untuk mengakses data di server.
Sejarah Cloud Computing
Cloud
computing adalah hasil dari evolusi bertahap di mana sebelumnya terjadi
fenomena grid computing, virtualisasi, application service provision (ASP) dan
Software as a Service (SaaS). Konsep penyatuan computing resources melalui
jaringan global sendiri dimulai pada tahun ‘60-an. Saat itu muncul
“Intergalactic computer network” oleh J.C.R. Licklider, yang bertanggung jawab
atas pembangunan ARPANET (Advanced Research Projects Agency Network) di tahun
1969. Beliau memiliki sebuah cita-cita di mana setiap manusia di dunia ini
dapat terhubung dan bisa mengakses program dan data dari situs manapun, di
manapun. Menurut Margaret Lewis, Direktur Marketing Produk AMD. “Cita-cita itu
terdengar mirip dengan apa yang kini kita disebut dengan cloud computing”. Para
pakar komputasi lainnya juga memberikan penambahan terhadap konsep ini, di
antaranya John McCarthy yang menawarkan ide mengenai jaringan komputasi yang
akan menjadi infrastruktur publik, sama seperti the service bureaus yang sudah
ada sejak tahun ‘60-an.
Semenjak
tahun ‘60-an, cloud computing telah berkembang berdampingan dengan perkembangan
Internet dan Web. Namun karena terjadi perubahan teknologi bandwidth yang cukup
besar pada tahun 1990-an, maka Internet lebih dulu berkembang dibanding cloud
computing. Dan kini teryata terlihat bahwa pendorong utama cloud computing
adalah karena adanya revolusi Internet. Salah satu batu loncatan yang cukup
drastis adalah dengan adanya Salesforce.com di tahun 1999, yang merupakan
pencetus pertama aplikasi perusahaan dijalankan melalui Internet. Perkembangan
berikutnya adalah adanya Amazon Web Services di tahun 2006, di mana dengan
teknologi Elastic Compute Cloud (EC2), terdapat situs layanan web yang di
komersialkan yang memungkinkan perusahaan kecil dan individu untuk menyewa
komputer atau server, agar dapat menjalankan aplikasi komputer mereka.
Batu
lompatan besar lainnya datang di tahun 2009 dengan Web 2.0 mencapai puncaknya.
Google dan lainnya memulai untuk menawarkan aplikasi browser-based untuk
perusahaan besar, seperti Google Apps. “Kontribusi yang paling penting dari
komputasi cloud adalah munculnya “killer apps” dari penguasa teknologi seperti
Microsoft dan Google. Ketika perusahaan tersebut mengirimkan layanan dalam
bentuk yang mudah untuk di konsumsi, efek penerimaannya menjadi sangat luas”,
menurut Dan Germain, Chief Technology IT provider Cobweb Solution. “Faktor
utama lainnya yang mempengaruhi berkembangnya komputasi cloud antara lain
matangnya teknologi visual, perkembangan universal banwidth berkecepatan
tinggi, dan perangkat lunak universal”, menurut Jamie Turner sang pelopor
komputasi cloud. Turner menambahkan, “cloud computing sudah menyebar luas
hingga kepada para pengguna Google Doc. Kita hanya dapat membayangkan betapa
besarnya ruang lingkup yang sudah di capai. Apa saja dapat di lakukan dan
dikirimkan melalui cloud”.
Pengertian
Cloud Computing atau Komputasi Awan
Cloud computing atau komputasi
awan merupakan definisi untuk teknologi komputasi grid (grid computing) yang
digunakan pada pertengahan hingga akhir tahun 1990-an. Jargon cloud computing
atau komputasi awan mulai muncul pada akhir tahun 2007, digunakan untuk
memindahkan layanan yang digunakan sehari-hari ke Internet, bukan disimpan di
komputer lokal lagi. Pada saat itu, layanan lain termasuk pengolahan kata,
spreadsheet, dan presentasi telah dipindahkan ke dalam komputasi awan. Google
menyediakan pengolah kata, spreadsheet dan aplikasi presentasi di lingkungan
komputasi awan dan terintegrasi dengan Gmail dan Google Calendar, menyediakan
lingkungan kantor di web (atau di awan). Microsoft dan perusahaan lain juga
bereksperimen dengan mengalihkan program-program ke awan untuk membuatnya lebih
terjangkau dan lebih mudah diakses oleh pengguna komputer dan Internet.
Perangkat lunak sebagai layanan (istilah Microsoft untuk cloud computing atau
komputasi awan) adalah barang yang sangat baru bagi kebanyakan orang di
Microsoft.
Cloud computing atau komputasi
awan adalah gabungan pemanfaatan teknologi komputer dan pengembangan berbasis
Internet. Suatu metoda komputasi di mana kapabilitas terkait teknologi
informasi disajikan sebagai suatu layanan sehingga pengguna dapat mengaksesnya
lewat Internet tanpa mengetahui apa yang ada didalamnya, ahli dengannya,
atau memiliki kendali terhadap infrastruktur teknologi yang membantunya. Suatu
konsep umum yang mencakup SaaS, Web 2.0, dan tren teknologi terbaru lain yang
dikenal luas, dengan tema umum berupa ketergantungan terhadap Internet untuk
memberikan kebutuhan komputasi pengguna. Sebagai contoh, Google Apps
menyediakan aplikasi bisnis umum secara daring yang diakses melalui suatu
penjelajah web dengan perangkat lunak dan data yang tersimpan di server.
Contoh
perusahaan yang menerapkan cloud computing
Lintas Media Danawa (LMD), anak perusahaan Lintasarta,
perusahaan ICT terkemuka di Indonesia saat ini, membawa teknologi cloud
computing keIndonesia.jadi perusahaan ini melayani on demand
cloud computing dan private cloud computing Di Indonesia.untuk biayanya juga tidak terlalu mahal
yaitu untuk layanan on demand cloud computing.
Langkah yang diambil oleh perusahaan ini menurut saya
sangat benar karena daripada membeli server baru, lebih baik
perusahaan-perusahaan menyewa server secara virtual. Tak perlu keluar banyak
biaya, menghemat biaya sampai 80 persen dan bebas biaya perawatan.Penghematan
yang diperoleh jika menggunakan cloud computing adalah rak yang dipakai untuk
server cukup 2 rak, sedangkan jika tidak menggunakan teknologi cloud computing,
perusahaan butuh lebih 10 rak.
Selain itu, dari sisi biaya, jauh lebih murah. Perusahaan
yang belum menggunakan teknologi ini harus membayar 2.000 dollar AS per bulan
untuk sewa server, sedangkan yang memanfaatkan teknologi ini cukup membayar 40
dollar AS tergantung skalanya.
Dan biasanya dalam dunia bisnis yang menggunakan cloud
computing pasti menggunakan bagian bagian berikut ini
- Software as a
Service (SaaS)
Sebagai
konsumen individual, kita sebenarnya sudah akrab dengan layanan cloud computing
melalui Yahoo Mail, Hotmail, Google Search, Bing, atau MSN Messenger. Contoh
lain yang cukup populer adalah Google Docs ataupun Microsoft Office Web
Applications yang merupakan aplikasi pengolah dokumen berbasis internet.
Di
dunia bisnis, kita mungkin familiar dengan SalesForce.com atau Microsoft CRM
yang merupakan layanan aplikasi CRM. Di sini, perusahaan tidak perlu setup
hardware dan software CRM di server sendiri. Cukup berlangganan SalesForce.com
maupun Microsoft CRM, kita bisa menggunakan aplikasi CRM kapan dan dari mana
saja melalui internet. Kita tidak perlu melakukan investasi server maupun
aplikasi. Kita juga akan selalu mendapat aplikasi terbaru jika terjadi upgrade.
Intinya, kita benar-benar hanya tinggal menggunakan aplikasi tersebut.
Pembayaran biasanya dilakukan bulanan, dan sesuai jumlah pemakai aplikasi
tersebut. Dengan kata lain, pay as you go, pay per use, per seat.
Nah,
semua layanan ini, dimana suatu aplikasi software tersedia dan bisa langsung
dipakai oleh seorang pengguna, termasuk ke dalam kategori Software as a
Services (SaaS). Secara sederhana, kita langsung mengkonsumsi layanan aplikasi
yang ditawarkan.
- Platform as a Service (PaaS)
Sering
terjadi, suatu aplikasi software yang sifatnya package tidak dapat memenuhi
kebutuhan proses bisnis kita. Demikian pula dengan SaaS, di mana aplikasi yang
ditawarkan sebagai layanan tidak sesuai dengan proses bisnis kita. Nah, pada skenario
ini, kita dapat menggunakan jenis layanan yang disebut Platform as a Service
(PaaS).
Pada
PaaS, kita membuat sendiri aplikasi software yang kita inginkan, termasuk skema
database yang diperlukan. Skema itu kemudian kita pasang (deploy) di server-server
milik penyedia jasa
PaaS. Penyedia jasa PaaS sendiri menyediakan layanan berupa platform, mulai
dari mengatur server-server mereka secara virtualisasi sehingga sudah menjadi
cluster sampai menyediakan sistem operasi di atasnya. Alhasil, kita sebagai pengguna
hanya perlu memasang aplikasi yang kita buat di atasnya.
Jika
kita adalah perusahaan pembuat software, PaaS juga memberi alternatif lain.
Alih-alih memasang software di server konsumen, kita bisa memasang software
tersebut di server milik penyedia layanan PaaS, lalu menjualnya ke konsumen
dalam bentuk langganan. Dengan kata lain, kita membuat sebuah SaaS.
Singkatnya,
dengan PaaS, kita membangun aplikasi kita sendiri di atas layanan PaaS
tersebut. Adapun contoh vendor penyedia layanan Paas adalah Microsoft Azure dan
Amazon Web Services.
- Infrastructure as a Service (IaaS)
Ada
kasus ketika konfigurasi yang disediakan oleh penyedia PaaS tidak sesuai dengan
keinginan kita. Kita berniat menggunakan aplikasi yang memerlukan konfigurasi
server yang unik dan tidak dapat dipenuhi oleh penyedia PaaS. Untuk keperluan
seperti ini, kita dapat menggunakan layanan cloud computing tipe Infrastructure
as a Service (IaaS).
Pada
IaaS, penyedia layanan hanya menyediakan sumber daya komputasi seperti
prosesor, memori, dan storage yang sudah tervirtualisasi. Akan tetapi, penyedia
layanan tidak memasang sistem operasi maupun aplikasi di atasnya. Pemilihan OS,
aplikasi, maupun konfigurasi lainnya sepenuhnya berada pada kendali kita.
Jadi,
layanan IaaS dapat dilihat sebagai proses migrasi server-server kita dari
on-premise ke data center millik penyedia IaaS ini. Para vendor cloud computing
lokal rata-rata menyediakan layanan model IaaS ini, dalam bentuk Virtual
Private Server.
Daftar pustaka
Elcom.2012.Cloud Computing. Penerbit : Andi Publisher.
0 komentar:
Posting Komentar